Kamis, 03 Mei 2018

PETANI BERDAYA, GAMBUT TERJAGA

Kabut asap kerap menjadi masalah saat musim kemarau. Pemicunya karena ada oknum uang membakar lahan gambut.  Begitu lahan gambut terlanjur terbakar, akan sulit untuk dipadamkan. Itu sebabnya, perlu sistem pengelolaan gambut, antara lain dengan mengedukasi petanitentang membuka lahan tanpa membakar.

Sebanyak 32 petani dari 16 desa di Kalimantan Barat berkumpul di area selua 1,5 hektar di Desa Kuala Dua, Kabupaten Kubu Raya, Kamis (29/3/2018). Lahan itu merupakan tempat praktik para petani yang mengikuti kegiatan Sekolah LapangPetani yang dilakukan Badan Restorasi Gambut (BRG).

Mereka dibagi ke dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok ada aktivitas sendiri. Ada yang praktik membuka lahan tanpa membakar. Ada pula yang mengolah tanah dengan kultivator, yaitu alat dan mesin pertanian yang digunakan untuk pengolahan tanah. Di tempat lain ada yang praktik membuat kompos.  

Mereka didampingi mentor yang sudah berpengalaman dalam mengolah lahan gambut tanpa membakar. Dengan pelatihan itu, mereka dilatih membuka lahan tanpa membakar, tetapi tetap membuat lahan itu bisa produktif serta dengan biaya pengolahan yang masih terjangkau oleh petani.
"Selama ini petani menganggap pengolahan lahan gambut tanpa membakar itu mahal. Padahal tidak demikian. Hanya saja, selama ini petani tak tahu teknologinya. Biaya untuk pembukaan dan pengolahan lahan hanya sekitar Rp 2 juta per hektar," ujar Joko Wiriyanto, fasilitator dalam Sekolah Lapang Petani.

Joko telah membuktikan dilahan pertaniannya. Bahkan, di lahannya yang bergambut itu ia bisa menanam anggur. Dengan keberhasilan mengelola lahan gambut tanpa membakar tetapi tetap produktif itu, ia dipercaya berbagi pengalaman dengan para petani tersebut.

"Selama ini memang kami beranggapan membuka lahan gambut tanpa membakar biayanya mahal. Namun, dengan mengikuti kegiatan ini, kami memiliki wawasan tentang teknologi mengolah lahan gambut tanpa bakar," kata Murakip, petani dari Kabupaten Mempawah.

Demikian juga dengan Supriyati, peserta lain dari Kubu Raya, Ia mengaku selama ini selalu kesulitan mengelola lahan gambut tanpa membakar karena biayanya besar. Supriyati memperkirakan awalnya jika membuka lahan tanpa membakar, per hektar mungkin bisa menghabiskan puluhan juta rupiah, sebab untuk membuka lahanmemerlukan obat khusus untuk pembusukan sampah. Belum lagi membutuhkan waktu yang lama baru lahan bisa ditanami.
   
Sulitnya membuka lahan tanpa membakar membuat banyak petani enggan menanam tanaman pangan dan beralih ke tanaman sawit. Sebab, menanam sawit di lahan gambut dinilai lebih mudah daripada tanaman pangan.

Kepala Subkelompok Kerja Edukasi Deputi III Badan Restorasi Gambut Deasy Efnidawesty mengatakan, Sekolah Lapang PetaniGambut merupakan bagian dari kegiatan edukasi.  Kegiatan ini dilaksanakan pada senin (26/3) hingga minggu (1/4).

Sebanyak 30% kegiatannya adalah teori, 70% praktik di lapangan. Sebelum praktik di lapangan, petani terlebih dahulu dibekali pengetahuan mengenai gambut.

Selama kegiatan sekolah lapang, petani mendapatkan edukasi dari narasumber tentang pengelolaan lahan gambut secara baik dan membuka lahan pertanian tanpa membakar serta membuat pupuk kompos.

"Lahan gambut memerlukan pengelolaan khusus. Namun, hanya sebagian masyarakat yang memahami cara mengelola lahan gambut yang benar. Tak sedikit warga yang mengeringkan lahan gambut sehingga rawan terbakar. Padahal, lahan gambut perlu pendekatan khusus," ujar Deasy.

Menjadi Motor

Setelah sekitar seminggu melaksanakan kegiatan itu, para petani tersebut akan diberi tugas di daerah masing--masing untuk membuat lahan percontohan. Mereka akan didampingi fasilitator dan dinilai. Hasilnya diserahkan kepada BRG. Mereka yang dinyatakan lulus akan  menjadi duta peduli gambut.

Mereka juga akan menjadi motor di daerah masing-masing setelah pulang. BRG tidak bisa mengedukasi seluruh masyarakat di sekitar gambut, maka diharapkan mereka menjadi sumber informasi mengenai pengelolaan gambut bagi masyarakat di lingkungannya.

Dinamisator BRG Provinsi Kalimantan Barat, Hermawansyah, mengatakan sekolah lapang ini untuk menjawab tantangan dalam pengelolaan gambut yang benar. melalui kegiatan ini, lahan gambut dapat produktif bagi pertanian tanpa dibakar.

"Modul yang disiapkan komprehensif, mulai dari pembukaan lahan tanpa bakar hingga pembuatan pupuk kompos. Bahkan, bagaimana pengelolaan hasil pasca panen. Intinya, bagaimana petani berdaya, gambut tetap terjaga," kaatanya.

Kini musim kemarau pun telah tiba. kita berharap pengetahuan ini dapat dibagikan kepada seluruh masyarakatsehingga tidak ada lagi bencana asap yang menggerogoti kehidupan.


( Emanuel Edi Saputra, Kompas, Kamis 3 Mei 2018) 

Rabu, 20 April 2016

Rekrutmen Fasilitator Desa/Kelurahan tangguh Bencana Tahun 2016

Salah satu upaya untuk mewujudkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi bencana, Pemerintah Republik Indonesia Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) memiliki perhatian serius atas upaya-upaya peningkatan kapasitas untuk masyarakat desa/kelurahan. Desa/Kelurahan ialah pemerintah di tingkat paling bawah, dan masyarakatnya adalah pelaku utama dalam upaya penanggulangan bencana, dan sekaligus menjadi kelompok pertama yang menerima dampak bencana. Oleh karena itu, penguatan kapasitas masyarakat di Desa/Kelurahan adalah upaya strategis untuk mewujudkan visi BNPB yaitu “Ketangguhan bangsa dalam menghadapi bencana”.

Program Fasilitasi Ketangguhan Masyarakat merupakan salah satu program utama BNPB yang mulai dilaksanakan pada tahun 2012 dan terus dikembangkan sampai saat ini. Program ini dimaksudkan untuk memfasilitasi penguatan dan pengembangan program pemberdayaan menuju masyarakat tangguh bencana. Sinergi antar program-program yang sudah ada di desa/kelurahan menjadi salah satu kunci keberhasilan program ini. Untuk itu, kerjasama semua pemangku kepentingan sangat diharapkan demi tercapainya masyarakat tangguh bencana.

Fasilitasi Ketangguhan Masyarakat merupakan program pemberdayaan desa-desa rawan bencana dalam mengingkatkan kapasitas desa dan masyarakatnya dalam mengahadapi bencana. Program ini membentuk desa rawan bencana menjadi tangguh dan sebagai desa contoh yang dapat di duplikasi oleh desa lainnya. Sebagai bentuk kerjasama, BNPB mengharapkan adanya partisipasi bersama beberapa pihak, BNPB, BPBD, dan masyarakat. Sebagai penyelenggara program adalah BNPB, tetapi sebagai pelaksana kegiatan langsung adalah BPBD Kabupaten/Kota serta pengawasan dari BPBD Provinsi.

Daerah yang mendapatkan program fasilitasi ketangguhan masyarakat adalah sebagai berikut :


No
PROVINSI
Kab/Kota
JUMLAH DESA
1
ACEH
Kota Banda Aceh
2
2
SUMATERA UTARA
Kab. Deli Serdang
2
Kab. Padang Lawas
2
Kab. Tapanuli Selatan
2
Kab. Labuhan Batu Selatan
2
3
SUMATERA BARAT
Kab. Pasaman
2
Kab. Tanah Datar
2
4
RIAU
Kab. Kampar
2
Kab. Siak
3
5
JAMBI
Kota Jambi
2
Kab. Tanjung Jabung Timur
3
6
SUMATERA SELATAN
Kab. Banyuasin
2
Kab. Musi Banyuasin
3
7
BENGKULU
kab. Kaur
2
8
LAMPUNG
Kota Bandar Lampung
2
9
BANTEN
Kab. Pandeglang
2
Kab. Cilegon
2
10
JAWA BARAT
Kab. Bandung Barat
2
Kab. Cianjur
2
Kota Bogor
2
11
JAWA TENGAH
Kab. Kendal
3
Kab. Jepara
3
12
DIY
Kab. Sleman
3
13
JAWA TIMUR
Kab. Bangkalan
2
Kab. Nganjuk
2
14
BALI
Kab. Badung
2
Kab. Tabanan
2
15
NUSA TENGGARA BARAT
Kab. Lombok Timur
2
Kab. Sumbawa Besar
2
16
NUSA TENGGARA TIMUR
Kab. Rote Ndao
2
Kota Kupang
2
17
SULAWESI UTARA
Kab. Minahasa
2
Kab. Bolang Mongondow
2
18
GORONTALO
Kab. Gorontalo Utara
2
19
SULAWESI TENGAH
Kab. Parigi Moutong
2
20
SULAWESI BARAT
Kab. Mamuju Tengah
2
21
SULAWESI TENGGARA
Kab. Konawe
2
22
SULAWESI SELATAN
Kab. Maros
2
23
MALUKU
Kota Ambon
2
24
MALUKU UTARA
Kab. Halmahera Utara
2
25
KALIMANTAN BARAT
Kab. Kuburaya
3
Kab. Ketapang
2
26
KALIMANTAN TENGAH
Kab. Pulang Pisau
3
Kota Palangkaraya
2
27
KALIMANTAN SELATAN
Kab. Banjar
2
Kab. Kotabaru
3
28
KALIMANTAN TIMUR
Kota Samarinda
2
Kab. Kutai Timur
3
29
PAPUA
Kab. Jayapura
2
30
PAPUA BARAT
Kota Sorong
2

Oleh karena itu, BNPB mengajak putra-putri bangsa untuk ikut serta dalam pemberdayaan masyarakat dengan ikut serta berperan sebagai Fasilitator Desa Tangguh Bencana Tahun 2016. Pendaftaran fasilitator dapat melihat web http://www.bnpb.go.id/

atau silahkan download dibawah ini :

Pengumuman Rekrutmen Fasilitator
DOWNLOAD

Kerangka Acuan Kerja
DOWNLOAD

Form Curriculum Vitae
DOWNLOAD

Form Narasi
DOWNLOAD

Form Surat Pernyataan
DOWNLOAD

Selasa, 19 April 2016

Fasilitator Desa Tangguh Bencana

Pembentukan Desa/Kelurahan Tangguh Bencana merupakan salah satu upaya pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi ancaman bencana dan kerentanan masyarakat serta meningkatkan kapasitas kesiapsiagaan yang direncanakan dan dilaksanakan oleh masyarakat sebagai pelaku utama.

Masyarakat dapat terlibat aktif dalam mengkaji, menganalisis, menangani, merencanakan, memantau, mengevaluasi dan mengurangi risiko bencana yang ada di wilayah mereka, terutama dengan memanfaatkan sumber daya (manusia, alam, budaya dan ekonomi) lokal demi menjamin keberlanjutan.

Kehadiran fasilitator merupakan salah satu faktor kunci dalam memfasilitasi dan mendampingi masyarakat untuk belajar mengenali pokok-pokok kebijakan maupun prosedur kerja program pemberdayaan masyarakat. Fasilitator dapat membantu warga desa mengenali masalah kebencanaan dan pemecahannya yang dihadapi dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. Mereka juga dapat menjadi jembatan yang menghubungkan aparatur pemerintah dengan masyarakat desa.

Pada Peraturan Kepala BNPB Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pedoman Umum Desa/Kelurahan Tangguh Bencana, setidaknya ada 20 indikator untuk menggambarkan ketangguhan desa yang dikelompokkan dalam enam aspek (legislasi, perencanaan, kelembagaan, pendanaan, peningkatan kapasitas serta pelaksanaan penanggulangan bencana).

Menurut Sigit Padmono, “Pendekatan satu sektor saja belum bisa membangun ketangguhan desa secara memadai. Dengan demikian masih dibutuhkan banyak fasilitator pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat , mengarahkan penyusunan dan pencapaian indikator-indikator desa tangguh.” Pria yang menjabat sebagai Kepala Sub Direktorat Peran Organisasi Sosial Masyarakat (Orsosmas) BNPB ini menambahkan, “pelaksanaan program ini tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu integrasi, sinergitas dan sinkronisasi penguatan dan pengembangan dari program-program pemberdayaan di desa/kelurahan yang sudah dilaksanakan oleh kementerian/lembaga, organisasi internasional, dan organisasi nasional.”

Proses rekruitmen fasilitator dilakukan secara terbuka, yaitu melalui koran nasional dan website BNPB. Kemudian dilakukan seleksi administrasi sesuai dengan ketentuannya. Tahap selanjutnya dilakukan tes wawancara kepada calon fasilitator oleh Tim (BNPB, BPBD provinsi dan kabupaten/kota) untuk mendapatkan jumlah dan kualitas fasilitator yang sesuai kebutuhan. Lokasi kegiatan ini mencakup 28 provinsi, 34 kabupaten/kota dan 68 desa yang tersebar di seluruh Indonesia. Para fasilitator desa tangguh akan ditempatkan di masing-masing desa sebanyak 2 (dua) orang yang akan mendampingi dan memfasilitasi masyarakat selama 6 (enam) bulan, dimulai bulan Juli sampai dengan Desember 2014.

Terjalinnya ikatan emosional antara fasilitator desa dengan masyarakat paska proses pendampingan akan menanamkan semangat bahwa bencana adalah urusan bersama.

                                Lokakarya Desa Tangguh Bencana Provinsi Bengkulu Tahun 2015

Bagi kawan-kawan pegiat dan peduli bencana, diharapkan bersiap-siap pada minggu-minggu ini selalu kunjungi web http://www.bnpb.go.id/ apabila pengumuman rekrutmen fasilitator desa/kelurahan tangguh bencana tahun 2016.